Ganti Judul dan ALt sendiri

Strong WHY: POV iboksaurus

 Keinginan Yang Tertunda


Aku menemukan fakta bahwa tidak bisa lepas dari dunia menulis adalah setelah melewati masa sekolah dasar dengan berburu buku diary unyu. Setiap pergi ke toko alas tulis selalu mampir di bagian notebook. Apakah kemudian buku diary itu penuh dengan tulisan? Ternyata tidak. Justru buku diary yang unyu itu memaksaku untuk berpikir mengisinya dengan tulisan yang spesial. Baik dari segi isi maupun desainnya. Menulis buku diary dengan sungguh-sungguh adalah awal mula minatku menulis muncul. Mulai membeli alat tulis warna-warni demi menghias tulisan. Belajar merangkai kata yang enak dibaca ulang dan tidak norak.


Sayangnya, menulis manual itu melelahkan. Sehingga seiring berjalannya waktu intensitas menulis semakin jarang. 


Sekolah Menengah Pertama merupakan perjumpaan pertamaku dengan komik dan novel. Oh dari tulisan bisa ya menjadi sesuatu yang mengasyikkan. Bahkan kala itu sampai rela tidak jajan demi bisa menyewa komik dekat sekolah. Mengantri panjang untuk bisa membaca novel Harry Potter milik teman. Terkagum-kagum dengan alur cerita novel dan komik. Rela begadang demi menuntaskan novel 400 halaman. Membaca kata pengantar penulis hebat dibaliknya. Mulai menonton serial drama di televisi. Lagi-lagi terkagum-kagum dengan alur cerita drama yang mengaduk emosi. Aku menemukan bahwa kunci dari semua hal menarik dari komik, novel, dan serial drama tadi adalah penulis. Wah betapa hebat penulisnya. Akhirnya iseng mencoba menulis cerita sederhana. Berawal dari tugas sekolah, berlanjut dengan banyak cerita khayalan. Rasa menggebu menghasilkan tulisan yang hebat seperti yang pernah aku baca. Membuat skenario drama sekolah dengan penuh semangat. 


Sayangnya, menulis kali ini pun hanya sebatas hobi. Seiring dengan kesibukan belajar akademik, membuat waktu menulis teralih.


Sampai suatu hari, aku mendapat kabar dari teman semasa SMP. Waktu itu kita sudah berpisah sekolah. Kita berada di SMA yang berbeda. Dia bilang ijin menggunakan tulisan ceritaku untuk tugas bahasa Indonesianya. Dan tidak menyangka mendapat nilai yang bagus. Aku terkejut sekaligus merasa kagum dengan diri sendiri. Aku mencari karya ceritaku dalam lembaran kertas yang aku simpan. Kubaca ulang dan muncul kembali hasrat menulis yang terpendam. Sebagai pemanasan, aku mulai membaca novel lagi. Secara ajaib,otakku merasakan recall. Secara tiba-tiba menemukan ide membuat novel berdasarkan pengalaman pribadi. Tanpa menunggu lagi, aku mengambil buku tulis kosong dan menulis tanpa henti rancangan ide ceritanya. Bahkan aku sudah membayangkan endingnya.


Sayangnya, kali ini harus kandas lagi karir kepenulisan ku. Karena harus fokus mengejar belajar akademik lagi.


Singkat cerita, bertahun-tahun kemudian aku dihadapkan pada kebosanan hidup sebagai ibu rumah tangga. Sekitar tahun 2019, setiap hari aku berkutat dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak yang masih satu. Jarang mengurus suami karena memang kita berhubungan jarak jauh. Jadi bertemu hanya tiga bulan sekali. Untuk mengisi waktu kebosanan aku hanya scrolling Instagram. Sampai menemukan akun Instagram Nulis Yuk! Waktu itu akun ini membuka pelatihan menulis novel gratis. Bermodal penasaran ikutlah aku. Aku baru tahu ternyata ada pelatihan untuk menjadi penulis. Karena memang profesi penulis tidak begitu familiar di keluargaku, aku tidak berani ikut pelatihan berbayar. Dari Nulis yuk aku tahu yang namanya novel antologi. Pertama kali aku mengikuti menjadi salah satu kontributor novel antologi. Dengan tema ibu yang sangat related dengan yang aku rasakan sebagai ibu baru. Hasrat menulis kembali menggebu. Apalagi ketika memegang buku karya antologi ditangan. Wah rasanya sangat bahagia. Tulisanku bisa juga ya menjadi sebuah buku.


Antologi pertamaku


Mulai aktif bermain Instagram walaupun hanya sekedar membuat caption yang menarik. Berlatih pula membuat postingan Facebook yang bukan hanya sekedar curahan hati tapi juga mengandung edukasi. Serasa bangkit lagi semangat menulis ku. Malam aku habiskan dengan mencari tahu sana sini tentang dunia menulis. Teringat kembali keinginan membuat novel dari cerita pribadi. Kali ini tidak aku tulis secara manual tapi lewat Facebook. Sambutannya seru juga. Ada yang penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Oh ternyata seru juga ya kalau menulis dan ada yang menanggapi tulisan kita. Sejak itu aku rutin membuat postingan. Tanpa disangka, tulisan status Facebook bisa menjadi healing untuk keseharianku yang monoton. Aku jadi bisa mencurahkan dua ribu kata sehari ku lewat tulisan. Karena merasa kurang yakin kalau hanya memposting di Facebook itulah aku akhirnya melirik blog. Postingan Facebook terasa kurang privat menurutku. Tidak bisa sembarangan menulis pula.


Akhirnya mulai penasaran mencari info seputar bagaimana cara menulis blog. Karena aku merasa kalau menulis di blog itu menjadi milik pribadi ya. Orang tidak bisa sembarangan mengakses. Beda dengan Facebook atau instagram dimana setiap posting bisa dilihat oleh teman. Sudah merancang mau mengisi blog dengan apa. Mencoba wordpress kala itu karena ada aplikasinya di handphone. Karena punya bayi jadi malas untuk buka tutup laptop. Kok merasa tidak nyaman dengan tampilannya. Akhirnya beralih ke tumblr. Aku mencari yang bisa mobil lewat handphone saja. 


Perjalanan panjangku dalam menulis harus kandas lagi karena aku menemukan hobi baru. Yaitu belajar menggambar. Selama dua tahun menggeluti gambar eh aku harus bersinggungan lagi dengan dunia kepenulisan. Ternyata ada yang namanya kolaborasi antara penulis dan ilustrator. Dari situlah aku punya cita-cita baru yaitu penutor alias penulis dan ilustrator. Dalam kurun waktu belajar gambar, aku masih sempat ikut dua antologi lagi. Malah salah satunya aku menjadi pembuat cover bukunya. Wah benar-benar luar biasa bahagia rasanya. Jadi terhitung aku punya tiga karya antologi. Belum berani untuk menulis sendiri karena tahu kalau tidak semudah itu sebuah buku bisa dicetak ya. Dan satu lagi hambatan yang tidak bisa dipungkiri, yaitu waktu.


Cover antologi yang aku buat.


Selama menjadi ibu rumah tangga yang sibuk mencari jati diri, aku menemukan bahwa menulis merupakan salah satu healingku dari kesibukan. Kendalaku adalah dalam membagi waktu. Karena aku mengasuh anak sendiri. Kalau pekerjaan rumah bisa aku tunda sesuka hati, tapi menemani anak tidak bisa ditunda atau diganti waktu lain. Oleh karena itu, aku menahan mengambil berbagai kesempatan dalam usaha mengembangkan hobiku. Kalaupun dipaksa, aku akan menjadi zombi karena keseringan begadang. Suamipun tidak mengijinkan aku memforsir diri untuk hal lain dulu. Maklum lah ya tidak gampang mengasuh anak sendiri dalam keadaan jauh dari suami. Hanya malam hari itulah waktu tersenggang. Jam cinderella aku menyebutnya. Jadi aku tidak punya tips untuk mengatur waktu menulis karena sampai saat ini aku masih sesempatnya saja. Ikut coaching blog inipun memberanikan diri karena ingin memulai kembali. Mungkin aku butuh pressure untuk bisa berkembang. Masih memanfaatkan jam malam untuk menulis. Strong why ku adalah bisa mendobrak pikiranku sendiri, bahwa aku mampu menghasilkan karya kepenulisan yang selama ini tertunda. Insyaallah semoga bisa benar terwujud, amin.


Antologi keduaku









✓ TerlamaLebih baru ›

4 komentar

Terima kasih sudah berkunjung :)
  1. Semoga dimudahkan Kak untuk mewujudkan karyanyaa ...

    BalasHapus
  2. Iboook ah aku terkesan sekali dg nickname ini 🥰

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah, semoga selalu terngiang dihati mu terus kak 😆

      Hapus